Brigitte tidak puas dengan kehidupannya. Dengan masalah pekerjaan dia harus menjalankan apa yang ada. Soal cinta, dia tahu apa yang dia inginkan tapi belum mendapatkannya. Pacarnya Klaus tinggal berjauhan tapi untuk hidup bersama pria ini rasanya belum cocok. Brigitte masih menunggu cinta yang sejati, yang sangat istimewa.
Kami pilih musik pengantar khusus untuk peran Brigitte. Lagu “Milonga” dari Argentina, dan musik Brasil memberi kesan bahwa Brigitte seorang sentimentil, yang menyukai negara-negara di selatan. Kita saksikan di film Brigitte sangat tekun menghafalkan informasi-informasi yang perlu diketahuinya, sebagai seorang guide. Tetapi di balik itu Brigitte adalah seorang yang emosional. Dia sedang mencari jalan hidup yang sesuai dengannya.
Brigitte adalah contoh sosok baru di Jerman, hidup sendirian (istilah orang Jerman “Single“). 37 % dari penduduk Jerman hidup sendirian dan ini merupakan bentuk rumah tangga yang paling banyak di Jerman. Pada tahun 1925 hanya 6.7 % penduduk yang berstatus single (dari: Datenreport des Statistischen Bundesamtes 2002).
Brigitte bekerja lepas (free lance). Dulu cuma pengacara, dokter, arsitek dan seniman/seniwati yang bekerja lepas. Mereka berpenghasilan lebih daripada orang kebanyakan, kecuali seniman/seniwati. Tapi sejak tahun 1980 golongan akademia terus meningkat, dan terjadi pengangguran besar. Lalu banyak kaum berpendidikan universitas mencoba bertahan hidup dengan bekerja harian. Mereka tidak mempunyai majikan tetap. Pekerjaan mereka bermacam-macam, bisa sebagai juru bahasa, jurnalis, dosen, sutradara, guru atau pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukan pengetahuan mereka. Biasanya para spesialis ini berpenghasilan lebih rendah daripada karyawan biasa, dan mereka tidak menikmati hak-hak sosial seperti asuransi kesehatan dan lain-lain.
Karena itu masa depan mereka tidak jelas, terutama urusan pensiun. Tapi bekerja lepas ada enaknya: tidak ada atasan!
Brigitte termasuk dalam golongan perempuan Jerman yang tidak mau punya anak, dan tidak mau menikah. Jumlah perempuan dengan pikiran begini terus bertambah, terutama yang berlatar belakang akademis. Mereka memutuskan untuk tidak melahirkan anak ke dunia yang setengah hancur. Di samping itu alasan-alasan lainnya adalah:
- Pekerjaan akademis adalah pekerjaan yang menarik dengan gaji yang menarik. Tapi mereka sulit membagi waktu untuk anak dan pekerjaan, karena di Jerman tidak ada pembantu.
- Ada juga yang tidak mau status ekonominya berkurang.
- Anak-anak membuat perempuan tergantung pada laki-laki.
- Dengan anak kita akan susah untuk mendapatkan tempat tinggal di Jerman.
- Dengan anak kita akan susah untuk mendapatkan pekerjaan.
- Anak membikin ribut.
- Anak-anak menciptakan banyak pekerjaan, yang sering tidak dihargai oleh masyarakat.
- Banyak perempuan juga berpikir: ”Dunia ini sudah punya cukup banyak masalah dengan banyaknya penduduk. Saya sudah tahu program KB, tapi kalau saya punya anak-anak, dikemanakan moral saya?
Brigitte memutuskan untuk tidak punya anak. Tetapi dengan kebebasan yang dia miliki dia masih bingung.